Tuesday, October 6, 2009

sesuatu yang kausebut cinta

Ya, aku memang marah! Apakah itu masih harus kau pertanyakan lagi? Seharusnya, aku tidak boleh marah. Ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung. Aku sadar itu. Cinta tidak pernah mengenal siapa yang menjadi pemenang, bukan?

Bercinta… bukankah itu aktivitas yang berangkat dari rasa cinta? Lalu apakah dengan senang hati kau mengumumkan siapa yang menjadi pemenang dalam ‘pergumulan’ kita waktu itu? Setahuku kau menjawab "tidak". Katamu, tidak seorang pun diantara kita yang menang, karena itulah cinta.

Huh, kamu tidak lebih dari pengecut. Mencoba pergi menjauh setelah mereguk kesenangan yang kausebut dengan cinta.

Cinta… cinta… cinta… aku benci benar mendengar kata itu keluar dari mulutmu. Kebohongan seperti itu sudah kesekian kali kau lontarkan. Kau benar-benar sudah melibatkan aku jauh dalam permainan kotormu itu.

Pergi saja jauh-jauh. Silahkan saja berpura-pura tidak mengenaliku. Jika itu solusi terbaikmu! Namun, jika engkau adalah pejantan sejati, katakan pada mereka kita dulu pernah bercinta. Aku tidak keberatan! Justru itu akan membuatku merasa lebih baik, karena diantara kita tidak satupun keluar jadi juara.

Sudahi saja cinta ini tanpa siapapun yang jadi pemenang. Yah, karena begitulah seharusnya.

No comments: