Thursday, October 29, 2009

untitled


debu-debu akan segera berlalu menjadi bintang biru. lalu, senyum simpulmu menjadi kisah para pembawa koper.

--

segeralah bergegas! sebelum tuan-tuan berkoper pulang menunggang senja utama. nanti, sebelum temaram, pergilah bersama ibu peri. jangan takut, mantraku akan selalu bersamamu.

13 februari




kilatan-kilatan memori kini datang lagi.
entah sudah kesekian kali.
sebuah perjalanan panjang di tengah hujan badai.
teriakan penjaja memecah romantisme.
klakson bersahutan diantara lalu lalang pejalan kaki.
hanya tuan temaram dan aku diantara himpitan penumpang busway pukul 17.30



Tuesday, October 27, 2009

euforia kereta dan kupu-kupu

......

euphoria meledak-ledak
saat kau godai aku
bersemu malu seperti kupu
bersimbah mandi kembang

lalu.... kereta itu pergi
membawaku serta
kota-kota yang tak pernah kutahu
rel-rel yang tak berujung

tawa, tangis tak ada beda
semua hanya hamparan
dan kupu-kupu berterbangan
aku... masih bersemu



***** mendadak kata-kata itu meluncur langsung dari otakku. dan, aku tidak paham apa artinya :))

Saturday, October 10, 2009

sudahlah, aku cuma ingin semua lekas bergegas
jadi bisa segera kubeli kertas yang baru
nantinya bisa jadi kapal kertas untukmu dan aku

...selamat mengembangkan layar!

Tuesday, October 6, 2009

sesuatu yang kausebut cinta

Ya, aku memang marah! Apakah itu masih harus kau pertanyakan lagi? Seharusnya, aku tidak boleh marah. Ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung. Aku sadar itu. Cinta tidak pernah mengenal siapa yang menjadi pemenang, bukan?

Bercinta… bukankah itu aktivitas yang berangkat dari rasa cinta? Lalu apakah dengan senang hati kau mengumumkan siapa yang menjadi pemenang dalam ‘pergumulan’ kita waktu itu? Setahuku kau menjawab "tidak". Katamu, tidak seorang pun diantara kita yang menang, karena itulah cinta.

Huh, kamu tidak lebih dari pengecut. Mencoba pergi menjauh setelah mereguk kesenangan yang kausebut dengan cinta.

Cinta… cinta… cinta… aku benci benar mendengar kata itu keluar dari mulutmu. Kebohongan seperti itu sudah kesekian kali kau lontarkan. Kau benar-benar sudah melibatkan aku jauh dalam permainan kotormu itu.

Pergi saja jauh-jauh. Silahkan saja berpura-pura tidak mengenaliku. Jika itu solusi terbaikmu! Namun, jika engkau adalah pejantan sejati, katakan pada mereka kita dulu pernah bercinta. Aku tidak keberatan! Justru itu akan membuatku merasa lebih baik, karena diantara kita tidak satupun keluar jadi juara.

Sudahi saja cinta ini tanpa siapapun yang jadi pemenang. Yah, karena begitulah seharusnya.

Saturday, October 3, 2009

Belajar Bercinta

Ssstttt... Rahasia ya!

Ini cuma antara kamu dan aku

Sebentar lagi kita sampai di awan

Aku berjanji semua akan indah pada akhirnya

Seperti kisah impianmu

Lelakiku dan lelaki lainku


… Lelakiku,

Lelakiku, kamu lelaki hebat! Kamu tahu, aku mengagumimu. Singkat cerita, kamu sangat lelaki di mataku. Tidak perlu berpikir mau jadi seperti apa dongeng cintaku. Karena kisahku sudah berdendang seindah dongeng a la-ku sendiri. Ah, lelakiku…

… Lelaki lainku,

Berapa lama aku mengenalmu? Selama aku berjalan menyusuri pesisir selatan. Ombak besar datang membasuh pasir putih, kemudian membawa mereka lari pergi. Seperti itukah kita, lelaki lainku? Bukan! Bukan begitu!

Masih ingatkahkah kamu? Dulu… dulu sekali… Kita duduk di tepi sungai mataram, disuguhi secangkir kopi hangat+rembulan. Keasyikan hingga tak sadar diriku, sang Cinderella, harus segera pulang.

Lelaki lainku, bertahun-tahun kamu bilang rindukanku. Sadarkah kamu jika itu hanya angan semata? Memang kamu sesempurna pangeran impianku, meski tidak berkuda putih.

Lelaki lainku, tahukah kamu tentang Lelakiku? Seorang lelaki dengan segala kehebatannya, meski ia bukan seperti kamu, pangeran impianku.

Lelaki lainku, mungkinkah kamu akan mencintaiku seperti dia? Bahkan lebih?

… Lelakiku,

Apakah kamu tahu siapa Lelaki lainku itu? Tahukah kamu ia sesempurna pangeran tampan yang tidak berkuda putih?

Lelakiku, maafkan karena Lelaki lainku selalu membayangiku setiap aku belajar tidak peduli padanya. Yah,aku tahu, aku dan Lelaki lainku hanya bermain-main. Memang aku bukan putri seperti yang diceritakan di negeri dongeng. Aku hanyalah si cantik yang suka bermain.

Lelakiku, kamu mencintaiku dengan amat. Aku… Aku… Aku juga…

… Lelaki lainku,

Jika kali ini kamu kembali datang, apakah kamu akan benar-benar memberikan dongeng putri dan pangeran itu?

… Lelakiku,

… Lelaki lainku,

Sudahlah… Biarkan semuanya berjalan. Nanti semua juga tahu.